Sabtu, 06 Juni 2009
Tema pertemuan kali ini ditemukan secara spontan ketika Andika melihat salah satu lukisan Affandi baru di function room Reading Lights atau galeri lukisan. Kami diinstruksikan untuk membuat tulisan mengenai gambaran mengenai lukisan abstrak yang kita lihat. Saya bertanya apakah hanya gambaran perasaan dari lukisan atau membuat cerita berdasarkan lukisan. Andika menjawab terserah.
Seorang peserta bertanya mengapa lukisan yang dipilih menjadi tema minggu ini. Andika menjawab hal ini dikarenakan lukisan sebagai representasi realita yang dirasakan pelukis namun bisa membangkitkan emosi orang yang melihatnya. Saya menyimpulkan bahwa maksud tema kali ini sebagai persepsi orang kedua yang berasal dari persepsi orang pertama.
Kami diberi waktu setengah jam untuk mencari lukisan Affandi dan membuat tulisan. Ternyata memilih lukisan di galeri lukisan itu tidak mudah karena ada beberapa orang dari kami yang kesulitan menemukan lukisan yang menangkap perhatiannya.
Ina mendapat urutan pertama untuk membacakan karya. Dipilihnya sebuah lukisan abstrak karya Agus S yang menggambarkan sebuah pohon besar. Ina bercerita bahwa gambar pohon yang begitu rimbun dan rumit itu sebagai analogi cerita mengenai seseorang yang defensif.
Syahril memilih lukisan dimana tergambar beberapa orang yang sedang bermain musik. Ia mendeskripsikan musik, alunan musik, gesekan setiap alat yang menjalin harmoni irama. Sayang sekali, kata-kata indah Syahril dipotong dengan kasar mengenai cerita pribadinya. Tiba-tiba ia menuliskan, "Eh kok gue jadi mellow gini?". Padahal tanpa menambahkan hal tersebut, tulisan Syahril sudah bagus.
Saya memilih lukisan Barli (1983). Wajah sendu sang perempuan dalam lukisan membawa saya ke masa penjajahan Belanda. Perempuan yang saya beri nama Siti Rukmina diceritakan sebagai perempuan yang berasal dari kampung jawa yang dibawa paksa ke
Kami terjebak dalam seni hingga kami menyimpulkan bahwa seni adalah pengalaman subjektif manusia. Ini bukan kata para ahli, bukan kata media, bukan kata mode, bukan kata agama, tetapi seni tetaplah pengalaman utuh yang dirasakan manusia itu sendiri. Seni, yang beragam, jadi hilang maknanya. Theo bilang ia percaya pada naturalitas, seperti manusia dilahirkan dengan sidik jari yang berbeda, manusia memiliki area tertentu dalam dirinya yang membuat bergairah, excited, dan jadi bersemangat. Bukan hanya lukisan, patung, atau gambar tetapi hal-hal kecil yang membuat manusia merasa tergerak, itulah seni manusia hidup.
http://rlwriterscircle.blogspot.com/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Galeri Lukisan ~ Lukisan Affandi ~ Lukisan Abstrak ~ Lukisan dan Galeri Lukisan : Galeri Lukisan Affandi - Galeri Lukisan Abstrak Semarang di 88db.com
0 komentar:
Posting Komentar