Sabtu, 21 Maret 2009

Makanan khas di berbagai daerah, menjadi salah satu pelengkap dalam setiap perayaan Idul Fitri. Di Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), selain pempek yang wajib ada dalam hidangan untuk tamu yang berlebaran ke rumah, yang tak kalah laris dan selalu dicari juga kue-kue basah khas Palembang.

Kue basah berbahan utama telur seperti matsuba, engkak ketan, bolu lapis dan kue delapan jam, Cupcakes Homemade, Homemade Cake Frosting merupakan pemanis yang selalu dinanti. Hal itu dikarenakan kue-kue tersebut hanya dapat ditemui saat Idul Fitri dan Idul Adha di Sumsel khususnya di Palembang.

Wajib hadirnya kue-kue ini menjadi rezeki musiman bagi warga di Jalan Datuk M.Akib Kelurahan 22 Ilir Palembang . Hampir disetiap rumah warga, menerima pesanan membuat kue-kue khas Palembang ini.

Apabila kita menyusuri lorong-lorong sempit, di halaman rumah warga tampak tungku masak tradisional terbuat dari tanah liat yang dikenal warga setempat dengan sebutan gendok dan asap pun mengepul membuat udara semakin panas dan mata perih untuk membuat Cake Homemade. Adonan kue yang telah dituang ke loyang, diletakan di bagian dalam gendok, lalu ditutupi seng yang diatasnya telah diberi api dengan bahan baker arang ataupun kayu, yang nantinya akan menghasilkan Cupcakes Homemade.
“Kami memang Cuma menerima pesanan kue-kue khas Palembang ini menjelang lebaran, apalagi untuk Cake Homemade” ujar Amanah, salah seorang warga yang sibuk mengipasi gendok-gendok di halaman rumahnya.

Kue khas Palembang itu antara lain bolu delapan jam, Homemade Cake. Sesuai namanya, memasak kue ini memang harus tepat delapan jam. Untuk membuat bolu delapan jam, dibutuhkan 30 butir telur bebek, mentega, susu dan gula. Kesemua bahan tersebut dicampur dan dimasak dengan cara dikukus. Namun kalau dengan bahan dasar yang sama, namun dimasak dengan cara di baker di gendok, jadilah kue matsuba.

Adapula engkak ketan yang legit, Homemade Cake berbahan dasar tepung ketan, kelapa, susu, telur, mentega dan gula. Kue ini dimasak dengan cara dibakar.

Kesamaan dari kue-kue tersebut sama-sama membutuhkan telur dalam jumlah yang banyak. Sehingga, apabila tidak piawai mengolahnya, maka kue akan berbau amis. Namun jika diracik dengan pas, maka kue yang rasanya manis dan legit ini membuat siapa saja tergoda untuk mencicipinya.

Salah seorang pengusaha kue basah, Steam Cake khas Palembang yang telah menerima pesanan puluhan tahun adalah Maemunah, 56. Wanita yang akrab dipanggil Cek May ini telah menekuni usaha membuat kue basah Cakes Homemade selama turun-temurun. Jika dahulu ia belajar dari orangtuanya, kini ia dibantu oleh putra-putrinya dalam menjalankan usaha ini.
Cek May mulai menerima pesanan Homemade Cake Frosting sejak awal bulan Puasa, namun menurutnya, pesanan baru akan ramai seminggu menjelang Idul Fitri.

Jika tahun lalu ia hanya kebagian 50 loyang pesanan kue, tahun ini ia kewalahan karena pesanan kue-kue Steam Cake ini mendekati angka 100 loyang, “padahal tidak pakai promosi, dari mulut ke mulut saja, ini memang rezeki Ramadhan, ujarnya sumringah.
Ia menuturkan, setiap menjelang puasa, ia menyiapkan sekitar Rp5juta untuk modal awal kue Lebaran ini. Dari modal tersebut, omzet yang didapat bisa mencapai Rp2juta.

Dalam sehari, Cek May yang dibantu tiga orang putra dan putrinya maksimal bisa membuat delapan loyang kue, itupun jika sanggup bertahan di depan tungku dari jam delapan pagi hingga tengah malam, untuk bisa membuat Cakes Homemade yang sempurna“masaknya harus ditunggui, arangnya harus terus dikipas, jelasnya. Untuk tahun ini Cek May menjual satu loyang kue Homemade Cake Frosting dengan harga Rp125 ribu, jauh meningkat disbanding tahun lalu yang hanya Rp100 ribu saja.. Ia juga menerima upahan, jika ada yang minta dibuatkan, tapi memiliki bahan kue sendiri, biayanya cukup Rp40ribu saja.
Cek May mengaku amat kewalahan meladeni pesanan pembeli. Setiap hari ada saja yang dating kerumahnya untuk memesan kue, “saya sampai harus menolak karena tidak sanggup membuatnya, seharusnya sehari sebelum lebaran tidak terima lagi, tapi kadang ada pelanggan yang memaksa sampai saya jadi tidak bisa menolak. Malah tiap Lebaran kami tidak punya kue, karena kue yang kami masak untuk sendiri juga dibeli orang, katanya yang disambut anggukan putra putrinya.

Menurut Cek May, kue-kue khas Palembang ini tidak akan sama rasanya jika dimasak secara modern dengan menggunakan kompor atau oven, “rasanya tidak akan sama dengan memasak di gendok, ada cirri khasnya, dan tidak amis, katanya seraya menambahkan kue yang dimasak dengan cara tradisional bisa tahan sampai tiga minggu, lebih lama dari yang dimasak dengan oven yang hanya seminggu bertahan. (NJ/OL-02)

http://mediaindonesia.com

Untuk info lebih lanjut, silahkan lihat Cupcakes Homemade - Steam Cake - Cakes Homemade - Homemade Cake Frosting - Cake Homemade - Homemade Cake dan Cupcakes Homemade & Steam Cake: Homemades & Homemade Cake Frosting Cirebon Jawa Barat 88db.com

0 komentar: