Sabtu, 18 April 2009

Tiga dekade lebih orang Indonesia kehilangan kesempatan untuk mampu berkomunikasi dalam Bahasa Mandarin Jakarta akibat pergolakan politik antikomunis yang diarahkan penguasa menjadi anti-Tionghoa dan kebudayaannya. Padahal, masyarakat jiran kita di Malaysia dan Singapura rata-rata mampu menguasai dua atau tiga bahasa. Kini kursus Bahasa Mandarin menjadi tren baru dalam enam tahun terakhir di kota-kota besar di Indonesia selepas tumbangnya Orde Baru. Penguasaan bahasa Mandarin Jakarta bukan sekadar euforia orang Tionghoa, tetapi menjadi salah satu sarana memperkaya kemampuan intelektual terutama menyikapi perkembangan pesat ekonomi Tiongkok dan globalisasi.

Nyonya Netty, misalnya, mendorong putrinya, Ellen (2), untuk mengikuti Bahasa Mandarin belajar sejak dini di tempat kursus Universal Language Program (ULP) di Pluit. Meski belum bisa membaca dan menulis, Ellen sudah dibiasakan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Mandarin kursus.
”Saya mau dia belajar bahasa Mandarin sejak kecil. Kemampuan Bahasa Mandarin Jakarta kan semakin dibutuhkan. Saya sendiri tidak bisa berbicara bahasa Mandarin Jakarta dan hanya menguasai bahasa Mandarin secara pasif, sedikit saja,” kata Ny Netty.

Di dalam ruang kelas kursus Mandarin di lantai dua terlihat poster-poster bergambar tentang benda-benda dan sebutannya dalam huruf Han Zi serta ejaan Han Yu Pin Yin (latinisasi huruf Mandarin). Beberapa bocah les Mandarin baru saja menyelesaikan Mandarin kursus bersama Ellen.
Di lantai dasar Mandarin les seorang bocah cilik berwajah lucu seperti teman Bobo Ho sedang menunggu jemputan. Setelah disapa ”Ni hao (apa kabar—Red)”, dijawabnya ramah dengan sapaan sama. Ditanya ”Ni jiao shen me ming zi (siapa namamu—Red)”, dengan sigap dijawab: ”Henderson.” Ditanya lebih jauh, ”Ni ji shui (umurmu berapa—Red)”, dia menjawab, ”Qi (tujuh—Red)”.

Sedangkan di bilangan Casablanca di tempat kursus Mandarin belajar Wen Hua menjadi tempat para profesional les Bahasa Mandarin. Marketing Manager Bahasa Mandarin les Wen Hua Della Widyanto menjelaskan, sebagian besar murid kursus Mandarin Wen Hua adalah pekerja pelbagai perusahaan dan BUMN di kawasan Kuningan.
”Hanya sedikit dalam les Mandarin yang Tionghoa. Sebagian besar murid kursus Bahasa Mandarin di sini orang Jawa dan Batak. Ada juga peneliti orang Aceh atau pun warga ekspatriat di Jakarta. Kami juga mengadakan in house training Mandarin kursus di perusahaan dan juga kedutaan besar. Saat ini kelas Mandarin les sedang diadakan di Kedutaan Besar Australia,” kata Della.
Murid-murid Mandarin belajar tersebut berusaha menguasai bahasa ketiga setelah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Untuk memberi pelajaran les Bahasa Mandarin terbaik didatangkan pula guru penutur asli Bahasa Mandarin kursus dari Tiongkok. Bahasa Mandarin les Wen Hua, misalnya, memiliki 15 guru tetap dan paruh waktu yang penutur asli Bahasa Mandarin belajar dan di ULP juga memiliki 20 guru campuran penutur asli dan lokal.

Kebanyakan mereka datang dari Tiongkok utara, yakni Beijing dan sekitarnya. Itu dimaksudkan untuk memudahkan penguasaan Mandarin dengan lafal yang baik dan benar. Pasalnya, sebagian besar percakapan bahasa Mandarin di Asia Tenggara dibawa oleh orang Tiongkok selatan yang memiliki lafal sedikit berbeda. Padahal, bahasa Mandarin yang baik dan benar secara umum menggunakan lafal Beijing (Jin Pin—Red).

http://www2.kompas.com/

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Kursus Mandarin - Les Mandarin - Kursus Bahasa Mandarin - Mandarin Kursus - Mandarin Les - Mandarin Belajar - Bahasa Mandarin - Les Bahasa Mandarin - Bahasa Mandarin Kursus - Bahasa Mandarin Les - Bahasa Mandarin Belajar - Bahasa Mandarin Jakarta - Mandarin Jakarta dan Kursus Mandarin & Les Mandarin:Les Bahasa & Kursus Bahasa Mandarin Jakarta di 88db.com

0 komentar: