Sabtu, 18 April 2009

Pengusaha florist decoration buatan di "Kampung Wisata Bunga"-Kampung Dukuh, Mantrijeron, Yogyakarta-mengeluhkan turunnya produksi bunga kering dan ekspor bunga segar yang dalam beberapa tahun terakhir sempat meledak di pasaran. Jatuhnya omzet florist bunga dan pesanan florist jakarta dari luar negeri, diduga kuat akibat krisis politik global sehingga pembeli bunga jakarta dari Amerika Serikat (AS), Belanda, Perancis, maupun negara-negara Eropa tidak nongol lagi.

Keluhan disampaikan Ny Welly, florist decoration pemilik Widi Flower di Jalan Bantul 105 B, pasangan suami istri Suroso dan Asih, perajin bunga Dukuh, Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron, serta Sumarno mewakili ratusan perajin bunga jakarta dan pengusaha bunga kering buatan, Senin (15/ 10). Menyusutnya kegiatan ekonomi, langsung terlihat pada rendahnya aktivitas Kampung Mantrijeron-kampung di sisi barat jalan sekitar tiga kilometer arah selatan Plengkung Gading, Yogyakarta. Kampung yang biasanya jadi sasaran orang asing, dan sejumlah mobil pengangkut barang dagangan bunga segar itu, hari-hari ini makin sepi.

Omzet pengusaha florist jakarta dan perajin florist bunga kering buatan rata-rata jatuh sekitar 30 persen dari produksi rata-rata. Ny Welly mengungkapkan, meskipun masih kebagian pesanan 20.000 tangkai bunga ke AS dan pesanan harus selesai dalam sebulan, terus terang pesimis dengan kondisi pasar.
"Dulu itu tiap tiga hari, datang orang asing gonta-ganti ke sini. Mereka diantar oleh guide, dan pesan berbagai kembang ke sini. Itu kan buyers langsung yang kemudian mengirim sendiri pesanannya ke Perancis, Jepang, atau Belanda. Sekarang ini sepi Pak, kecuali sisa pesanan oleh perantara sesama bangsa kita sendiri. Jumlahnya juga tidak sebanyak dulu," kata Ny Welly yang memiliki kios besar di pinggir jalan raya dan mempekerjakan 25 tenaga kerja. Akibat jatuhnya omzet dan ekspor, ia dan suaminya Indarto terpaksa mengurangi jumlah tenaga harian, dan menyerahkan sisa pekerjaan kepada pekerja borongan di kampung-kampung.
"Kami juga menghadapi persaingan yang tidak sehat antarpengusaha dan perajin bunga. Di kampung ini yang diresmikan sebagai Kampung Wisata Bunga oleh GKR Hemas beberapa minggu lalu, harga bunga antara Rp 1.500-Rp 2.500 per tangkai. Akan tetapi di Desa Pandak, Kabupaten Bantul, hanya Rp 700-Rp 800 per tangkai. Itu karena mereka sengaja merusak harga," kata Sumarno (43) yang akhirnya menghentikan sementara usahanya karena tidak bisa bersaing.

http://www2.kompas.com/

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Florist Decoration - Bunga Jakarta - Bunga Kering - Bunga Segar - Florist Jakarta - Florist Bunga dan Florist Decoration: Bunga Jakarta-Bunga Kering&Bunga Segar Florist Jakarta di 88db.com

0 komentar: