Sabtu, 18 April 2009

Sejak lima bulan terakhir, penjualan berbagai kerajinan all wood furniture berbahan baku kayu di Kota dan wood furniture store Kabupaten Sukabumi semakin seret. Persediaan barang-barang kerajinan wooden furniture wholesale ini melimpah, baik di tangan para perajin furniture jepara maupun di tangan penampung wood furniture. Ini dikemukakan Darus (35) , perajin wooden furniture boks jam di Kampung Sawahbera, Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Kamis (6/4). Senada dengan Darus, sejumlah perajin all wooden furniture juga mengungkapkan hal serupa.
Menurut pengakuan Daru, furniture store seretnya wood furniture wholesale itu dirasakan setelah terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Jumlah yang kita buat masih sama, sementara all furniture yang furniture wholesale makin lama makin sedikit," kata Darus mengeluhkan. Darus membuat all wood furniture boks jam yang dikirim kepada seorang penampung wooden furniture wholesale di Jakarta. Penampung furniture jepara pun, ujar Darus, mengeluhkan hal yang sama. Karena barang-barang wood furniture yang dia kirimkan ke Jakarta masih banyak yang belum terjual, Darus pun masih belum bisa mengirimkan wooden furniture kembali boks jam yang dibuatnya beserta sejumlah pekerja wood furniture store. Padahal, belasan all furniture boks jam sudah selesai dibuat dan siap dikirim.

Boks jam yang dibuat oleh Darus menggunakan perpaduan antara kayu mahoni dan tikblok itu dijual rata-rata Rp 1,5 juta per buah. Pembuatan boks jam itu lebih sering menunggu pesanan dari penampung
all wooden furniture. Sementara itu, Direktur CV Karya Abadi, wood furniture wholesale Entang Suherman, menuturkan, furniture wholesale di furniture store perkakas rumah tangga dengan segmen masyarakat menengah ke atas yang dibuatnya juga seret.

Daya beli menurun
Entang menambahkan, turunnya daya beli masyarakat menengah ke atas ini cukup mengkhawatirkan. "Biasanya, penurunan daya beli itu hanya dialami oleh golongan ekonomi menengah ke bawah setelah ada kenaikan harga BBM. Namun, sekarang justru golongan menengah ke atas juga ikut turun daya belinya. Ini sangat mengkhawatirkan," ujar Entang.
Entang khawatir, daya beli masyarakat ekonomi kelas menengah itu tak bisa pulih. "Ini kan sudah bulan kelima setelah kenaikan harga BBM, tetapi produk-produk saya juga masih sama seperti dulu. Jangan-jangan ekonomi masyarakat kelas menengah itu juga turun menjadi potensial miskin," katanya.

Kalau dalam beberapa bulan ke depan kondisinya masih tetap sama, ujar Entang, bukan tidak mungkin ia akan berganti segmen. Namun, ini termasuk berisiko dari segi usaha dan tidak mudah dilakukan.
Turunnya daya beli masyarakat itu, lanjutnya, semakin diperparah dengan mulai sulitnya memperoleh bahan baku kayu yang bagus. Akhir-akhir ini, mencari kayu dengan kualitas seperti yang dikendaki sangat sulit. Padahal, harganya sudah naik drastis. (aha)

http://www2.kompas.com

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di All Wood Furniture - Wood Furniture Store - Wooden Furniture Wholesale - Furniture Jepara - Wood Furniture - Wooden Furniture - Furniture Store - All Wooden Furniture - Wood Furniture Wholesale - All Furniture - Furniture Wholesale dan All Wood Furniture : Wood Furniture Store & Wooden Furniture Wholesale Jepara di 88db.com

0 komentar: